Rabu, 10 Desember 2008

MP3 Nasyid

Antum bisa mendengarkan Nasyid Sekarang!!

Selasa, 09 Desember 2008

Tausyiah, Memaknai Hidup Sebagai Ibadah

Memaknai Hidup Sebagai Ibadah

Manusia hidup di dunia ini bukanlah hidup yang abadi, namun kehidupan manusia di bumi ini hanyalah sementara. Yaitu hanya untuk menjalankan tugasnya di bumi ini. Berdasarka Firman Allah SWT, mengenai tugas dan tujuan hidup manusia;

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat 51:56)

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An'am 6:162)

Dari kedua Firman Allah tersebut jelas bahwa tugas hidup manusia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT. Dan tujuan manusia hidup di bumi ini ialah hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT. (Mardhatillah). Sehingga tidaklah ada alasan lagi jika kita hidup di dunia ini hanyalah sekedar hidup saja tanpa tujuan yang jelas. Terkadang kita sering memisahkan antara kehidupan di dunia dengan kehidupan di Akhirat, dan menganggap bahwa kita hidup di dunia ini tiada artinya, dan memisahkan antara keduanya. Padahal, jika kita tinjau kembali kedua Firman Allah SWT, tersebut diatas mengenai tugas dan tujuan hidup manusia, jelas bahwa kehidupan di dunia ini adalah bagian yang terintegrasi dengan kehidupan kita di akhirat kelak. Sebab kehidupan kita di bumi akan sangat menentukan kehidupan kita di akhirat nanti. Syurga atau neraka yang menjadi balasan kita di akhirat nanti, sangat bergantung dengan bagaimana kehidupan kita di dunia. Jika baik kehidupan kita di dunia, yaitu sesuai perintah Allah dan Rosul-Nya, maka akan baik pula kehidupan kita kelak di akhirat. Demikia juga sebaliknya, jika kita menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk bermaksiat, maka sudah barang tentu kita akan menjadi penghuni neraka jahanam di akhirat.

Oleh sebab itu saya hanya ingin mangajak kepada para pembaca agar kita senantiasa mamaknai hidup ini menjadi sarana ibadah kita, dan segala aktivitas yang kita lakukan haruslah bernilai ibadah demi mencari keridhaan Allah SWT. Dan tidak terlepas pula kita sebagai manusia memiliki peran yang mulia sebagai Khalifah di muka bumi ini, sebagaimana Firman Allah;

“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al An'am 6:165)

Sehingga kita sebagai mahluk ciptaan Allah benar-benar memiliki tugas yang mulia, selain kita harus memaknai hidup ini dengan ibadah, kita juga mempunyai amanah untuk menebar kebaikan.

Berikut ini akan saya gambarkan beberapa cara untuk memaknai hidup ini agar bernilai ibadah, sesuai dengan profesi yang kita jalankan.

Jika anda seorang Guru, Ustadz atau Pendidik

Janganlah pernah berpikir untuk mencari nama dengan menjual ilmu pengetahuan. Jika anda berprofesi sebagai seorang pendidik, maka jadikan aktivitas anda dalam mengajar, mentransfer ilmu serta mendidik anak murid sebagai bagian dari kerangka ibadah. Tak ada kesempurnaan dalam diri manusia dalam pemahaman terhadap ilmu. Ada yang pandai, pintar, cerdas tapi juga ada yang bodoh, dungu dan idiot. Seorang pendidik harus memberikan ilmu kepada murid sebagai peran khalifah di dunia dengan prinsip saling memberi. Semakin banyak kita memberi, semakin besar pula apa yang akan kita terima. Maka, gunakan prinsip membantu orang lain agar mampu memahami ilmu Allah SWT. Serta, prinsip utama yang harus ditanamkan dalam diri seorang pendidik adalah jangan mengukur dengan materi seberapa besar akan mendapatkan imbalan dengan ia mengajarkan ilmunya. Sebab walaupun ia telah mengajarkan ilmunya sekian banyak, ilmu yang telah ia miliki tidak akan pernah berkurang, justru akan semakin bertambah. Tetap ajarkanlah mereka ilmu yang bermanfaat, dan jangan pernah melihat seperti apa dia sekarang, namun lihatlah apa jadinya nanti.

Jika anda seorang Birokrat

Seorang birokrat identik dengan kekuasaan. Dengan kekuasaan itu pasti memiliki kemampuan memerintah dan melarang. Ya, itulah tugas anda. Tapi ingat, sebagai manusia tidak mutlak memiliki kekuasaan itu. Suatu saat kekuasaan itu akan diambil oleh yang memilikinya. Manusia tak selamanya berada di atas roda. Bagai perputaran roda, ia suatu saat akan berada di bawah, kadang di atas. Nah, sebelum semua terlambat, maka manfaatkan posisi itu sebagai posisi yang mendatangkan kebaikan bagi anda dan semua orang. Berubahlah dari posisi memerintah menjadi melayani masyarakat. Demikian juga jika anda menjadi seorang PNS, maka anda haruslah memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Gunakan frame hati nurani bahwa seorang birokrat harus selalu melayani setiap keluhan, kepentingan, kebutuhan sebagai kerangka ibadah mempermudah urusan orang lain. Berikan makna bahwa birokrat bukanlah jabatan prestise/ terhormat. Semua pasti akan kembali ke titik zero, dimana kita berasal dari hanya seorang rakyat biasa.

Jika anda seorang Praktisi (Bisnisman, Hukum, Kontraktor dan lainnya)

Maknai hidup anda sebagai praktisi sejati, yang tidak hanya ingin meraup keuntungan belaka. Gunakan hati nurani yang mengeluarkan suara hati anda, sebagai bagian kebebasan berpikir bahwa hidup bukan hanya dalam bentuk harta, obligasi, hipotik, saham, property, reksadana, tabungan, saham, asuransi dan sebagainya. Tidak menilai secara subjektivitas terhadap semua hal dengan ukuran dunia. Orang pasti akan bertanya, “seberapa konstribusi anda terhadap kemajuan masyarakat.” Maka, jadikanlah diri anda sebagai seorang praktisi yang telah menilai bahwa semua materi dan kesuksesan dunia hanyalah semu belaka. Ubahlah dengan prinsip memberi. Memberi kepada masyarakat dengan kemakmuran yang dibangun lewat pola mensejahterakan rakyat baik secara ekonomi, hukum, pembangunan dan seterusnya. Dalam hal ini anda harus memiliki rasa kasih sayang sesama manusia, jadi janganlah anda menjadikan usaha anda menjadi ajang untuk saling tipu-menipu diantara sesama. Sayangilah kaum lemah, dhuafa’, fakir, miskin dan sesama rekan bisnis yang lain. Serta, anda haruslah memberikan konstribusi yang lebih terhadap pembangunan Negri ini, terutama untuk membantu agar ummat ini hidup sehat. Sehat yang saya maksud bukanlah sekedar sehat jasmani, namun mencakup segala hal yaitu sehat jasmani, rohani dan ekonomi.

Jika anda seorang petani biasa atau pekerja buruh maupun pekerja keras lainnya

Anda janganlah pernah mengatakan bahwa anda adalah orang biasa-biasa saja, sebernarnya anda adalah orang yang sangat luar biasa yang sangat berperan penting terhadap ummat yang lain. Ketika kondisi anda semacam ini, maka tetap jadikanlah segala aktivitas sehari-hari anda bermakna ibadah demi mengharap keridhaan Allah SWT. Misalkan saja ketika anda menjadi seorang petani, anggaplah bahwa kegiatan bertani anda bukanlah semata-mata hanya demi memenuhi kebutuhan hidup dan hanya untuk memberikan nafkah kepada anak dan istri saja. Tetapi anda harus menjadikan bahwa dengan anda bertani ini anda akan memberikan konstribusi yang besar demi menyediakan kebutuhan pokok bagi masyarakat yang lain. Jika anda benar-benar bisa menerapkan segala aktivitas anda sebagai ibadah, sunggu masyaAllah anda akan benar-benar menjadi manusia yang luar biasa, walaupun orang lain menganggap bahwa anda adalah orang biasa-biasa saja.

Jika anda seorang pelajar atau mahasiswa maupun yang sedang menuntut ilmu

Terkadang kita kesulitan untuk menjadikan aktivitas menuntut ilmu atau kuliah kita bermakna ibadah. Namun secara filosofis, belajar dan menuntut ilmu itu sendiri pun sudah dikategorikan sebagai ibadah. Hanya permasalahannya ilmu apa yang dipelajari, ilmu yang bermanfaat bagi ummat tentunya yang jika kita pelajari akan bernilai ibadah. Dan anda harus menjadikan bahwa ilmu yang telah kita peroleh itu adalah amanah yang tetap kita emban dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak. Menuntut ilmu sudah dikategorikan ibadah karena dengan ilmu yang telah kita pelajari, kelak kita dapat melakukan ibadah secara optimal berkat ilmu yang kita miliki.

“Orang yang bangun pagi dari tidurnya, kemudian bergegas mengejar impiannya, akan jauh lebih baik dan lebih maju dari orang yang bangun pagi kemudian hanya mencari nafkah”

Senin, 08 Desember 2008